Thursday, September 6, 2012

Ketika Jalan telah dipilih

Suatu ketika, saya berniat mengajak suami jalan-jalan, entah berdua saja atau sekalian sama anak-anak. Sabtu jelas tidak bisa, banyak jadwal rutin... Kuliah, ngaji, kadang arisan kompleks sesekali, dsb... Jadi kemungkinan besar ya harus hari Ahad.

Sabtu pagi saya konfirmasi,"Abi besok ada acara?"
"Ngga... kosong" jawab suami.

Tapi sabtu malam, saat ngobrol menjelang tidur, si abi bawa berita buruk (buat saya)
"Mi, besok abi ada acara xxx di yyy seharian..." (seharian maksudnya dari pagi sampai sore)
Langsung ilfil mendengar berita tidak baik itu, saya pun komentar dengan nada tidak 'manis'
"Ya udah, sana!"
Seperti mengerti isi kepala saya (memang dia selalu bisa menebak hanya dengan mendengar intonasi suara saya), imam saya itu kemudian berkata dengan lembut,
"Lho, kan kita udah pilih jalan ini mi..." (lanjutannya saya lupa...)
Astaghfirullaaahal'adzhiiiim....

Ya, kadang (bukan kadang tapi sering) saya lupa, tidak berniat melupakan, jalan yang sudah saya pilih ini. Jalan yang mempertemukan saya dengan suami tercinta. Jalan yang saya yakin akan mempertemukan saya dengan Rasulullah SAW dalam jannah-Nya kelak. Jalan yang saya yakin akan membawa saya dan keluarga kepada ridha-Nya. ...

Jalan yang saya cintai namun sering saya lupa sedang menjalaninya terutama ketika panggilan dunia begitu menggoda. (padahal ketika masih lajang dulu, salah satu momen romantis yang saya bayangkan bersama suami adalah ketika melepasnya pergi demi ummat, demi da'wah, dan menunggunya di rumah demi dunia dan akhirat keluarga kami... ketika sudah menikah, koq sering lupa ya? hmmm...)

Ketika ada dua panggilan memanggil, maka mau tidak mau kita harus memilih. Sebenarnya -seringnya- pilihan itu adalah pilihan yang mudah, satu untuk dunia dan satu lagi untuk akhirat (malah sebenarnya yang kedua ini pada hakikatnya adalah untuk mendapatkan keduanya, akhirat dan dunia mengikuti). Namun entah karena ruhiyah sedang yang tidak kuat, iman yang sedang turun, atau memang tarikan dunia itu begitu menggoda, kadang kita sering dibutakan, dilupakan, dan dipalingkan. Maka itulah gunanya pasangan, juga saudara (untuk yang belum punya pasangan), dalam fungsi mereka sebagai pengingat.

Alhamdulillah, ketika saya lupa, ada suami yang mengingatkan saya. Terimakasih sayang, semoga Allah senantiasa menaungi langkahmu menapaki jalanNya, umi ridha engkau pergi demi Dia. Semoga Dia ridha kepadaku karena aku meridhaimu...

Ya Allah, syukur tak terhingga karena Engkau memperkenankan kami ikut serta dalam kereta da'wah ini. Jadikan kami istiqomah ya Allah, hingga kereta sampai pada stasiun terakhir, dalam jannah-Mu ya Allah...

Aaamiiiin...

No comments:

Post a Comment

Jazakumullah khairan katsira...
Makasih banyak ya, sudah meninggalkan jejak di blog ini.
Have a nice day ^^