Monday, September 3, 2012

Susahnya Mendidik Anak

Saya berdiskusi dengan seorang al Akh di blognya ini tentang pendidikan anak. Awalnya cerita tentang seorang Bapak berprofesi guru yang 'lembut keluar, keras ke dalam". Lembut terhadap anak orang lain (murid2nya) namun keras terhadap anak2nya sendiri. Kemudian akhirnya berdiskusi mengenai cara mendidik anak.

Hmmm...
Saya sering membaca tulisan-tulisan Bunda Helvy Tiana Rosa diblognya ini. Memperhatikan bagaimana caranya mendidik Faiz yang kemudian menjadi sastrawan muda dengan hati yang luar biasa lembut sehingga menghasilkan tulisan, puisi, cerita, yang juga luar biasa, juga Nadya -anak keduanya-. Salah satu tulisan favorit saya ada di cerita tentang Nadya kecil ini.

Saya juga suka tulisannya Bunda Neno Warisman, di bukunya yang ini. Semoga segera terbit lanjutannya.
Mereka mendidik anak dengan caranya masing-masing dengan penuh kelembutan. Tanpa pukulan, juga kemarahan, meskipun diperbolehkan.

Meskipun secara islam dan sunnah diperbolehkan, alangkah baiknya kita para orangtua melihat kembali diri kita. Kenapa anak kita berbuat hal yang menyebabkannya dipukul?

Anggaplah anak kita -kita anggap- nakal, kemudian memukulnya.
'Anggapan' itu namanya 'Labeling', memberikan label/cap/vonis. Kita men-cap-nya nakal, menganggapnya bertabiat seperti itu, kemudian memukulnya. Fisiknya sakit, tapi hatinya jaaaaauh lebih sakit. Merasa dirinya 'nakal' dan akhirnya membuktikan dirinya memang nakal dan pantas dipukul.

Saya pengennya, kita menjadikan anak2 kita anak yang 'cukup' ditegur dengan cara berbicara, tidak dengan pukulan. Membangun komunikasi sejak dalam kandungan, terutama saat golden age-nya (0-5 tahun).
Saya pengennya tidak pernah ada pukulan, meskipun untuk sebagian orang dewasa pukulan2 yang diterimanya waktu kecil adalah pelajaran yang menjadikannya 'seperti sekarang ini'.

Tapi coba tanya hati terdalam Anda, apa yang Anda rasakan saat Anda menerima pukulan itu? Pukulannya kah atau pelajarannya yang Anda ingat sampai sekarang.

Ah, saya hanya yakin, seorang anak dapat dididik dengan baik tanpa pukulan.
Kalaupun itu pilihan terburuk, maka saya tidak akan melakukannya.

Kalau suatu saat (mudah2an jangan pernah) anak saya tidak lagi mempan dinasehati, saya akan menggunakan senjata terampuh saya, yaitu doa. (Anda pasti setuju, doa yang paling dahsyat adalah doanya seorang ibu ^_^ )

Wallahu a'lam...

No comments:

Post a Comment

Jazakumullah khairan katsira...
Makasih banyak ya, sudah meninggalkan jejak di blog ini.
Have a nice day ^^