Friday, September 7, 2012

Episode Sidang


Sidang ternyata tak se’seram’ kelihatannya…

Begini ceritanya…

Seperti yang sudah saya janjikan sebelumnya, sekarang saya akan menceritakan pengalaman sidang pertama saya (semoga masih ada sidang kedua, ketiga…  untuk ‘S’ – ‘S’ selanjutnya ^_^)

Well, hari-hari menjelang sidang, mungkin hari paling ‘horrible’. Stress dan kawan-kawannya bener-bener ngumpul jadi satu. Nervous, panik, takut, gugup, semua nyampur. Meski segala upaya sudah dilakukan, belum bisa mengurangi tingkat stress menjelang sidang. Beberapa upaya itu antara lain:

1.       1. (Tentu saja) Belajar!
Sejak pengumuman jadwal sidang launching, saya juga mulai menjadwal pola belajar saya. Berhubung saya dapet pekan kedua (yang berarti 2 pekan lebih dari pengumpulan skripsi) berarti masih cukup waktu untuk membaca kembali pelajaran-pelajaran semester kemarin. Saya sudah setting untuk mempelajari pelajaran yang saya kurang saya kuasai di satu pekan sebelum sidang, yang cukup saya kuasai beberapa hari menjelang sidang, dan review skripsi sehari menjelang sidang. Saya sedang puncak-puncaknya stress di H-2, dan ketika H-1 pengumuman jadwal sidang saya diundur, stress langsung melorot ke titik paling bawah (buku, modul, print-an yang udah dikumpulin, beberapa hari tak tersentuh gara-gara pengunduran itu ^^) Bagusnya, ketika mood sudah balik lagi, belajarnya jauh lebih tenang

2.       2. Nyari-nyari informasi
Alhamdulillah saya seangkatan dengan orang-orang yang sangat care dengan temannya. Prinsip kami, masuk bareng-bareng, lulus bareng-bareng. Angkatan saya bikin group di fb untuk memudahkan komunikasi , semua pengumuman, informasi, segala hal yang terjadi diinformasikan disana. Kami juga bikin docs untuk data-data tertentu, seperti profil dosen penguji (testimoni maksudnya ^^ biar siap menghadapi karakter dosen), permasalahan skripsi, sampe kumpulan pertanyaan dosen penguji lengkap dengan jawabannya (jadi setiap orang yang sudah menjalani sidang wajib ngisi docs pertanyaan apa saja yang ditanyakan dosen). Ini sangat membantu sekali untuk yang akan menjalani sidang lho, minimal ketika bisa mengira-ngira pertanyaan apa yang akan ditanyakan (karena kadang dosen ‘kurang’ kreatif sehingga pertanyaan yang diajukan sama) tingkat stress sedikit berkurang. Tapi group ini juga kadang bikin tambah stress, karena tiap hari temen-temen pasti lapor “alhamdulillah gan, ane udah lulus!”, “ xxx, SST, PTB sertified by Mr. PTB”, “aku lulus maak!”, “alhamdulillah ya, sekarang sudah jadi SeSuaTu”, “hari ini sapu bersih. A, B, C, lulus dengan sukses”, dan kalimat senada lainnya. Bikin geregetan dan ngiri juga, mereka udah pada lega dan saya masih berkutat dengan stress…

3.       3. Jaga kesehatan
Beberapa hari menjelang sidang saya rutin minum habbassauda, redoxon, cerebrovit, bahkan air zamzam oleh-oleh naik haji ibu mertua pun saya habiskan.

4.       4. Berdoa
Klo yang ini, jauh-jauh hari sudah jadi kebiasaan. Bahkan Ramadhan tahun ini, mungkin porsi terbesar doa-doa saya adalah tentang skripsi dan sidang. Seperti biasa klo ujian atau stress, mesti ibadahnya mengalami peningkatan (kebiasaan manusia ya, kalo butuh sama Allah baru rajin ibadah :P )

Hari-H pun tiba. Alhamdulillah ada suami tersayang yang bersedia meluangkan waktunya untuk nemenin sidang (tadinya saya malu, “ga usah lah bi, umi sendiri juga gapapa”. Tapi sebagian besar temen-temen saya yang udah punya suami ternyata ditemenin suaminya juga, jadi saya pun mengijinkan ^_^)

Jadwal sidang saya jam 15.00 sebenernya, kloter terakhir di hari itu (nungguin 1 dosen yang juga menguji 3 kloter sebelumnya). Setelah sarapan, minum habbassauda, cerebrovit, dan air zamzam, membawa semua yang diperlukan di tas, saya dan suami pun berangkat. Sekitar jam 11 saya sudah sampai di Student Center, jaga-jaga siapa tau ada perubahan jadwal (seperti temen saya beberapa hari sebelumnya, jadwal jam 3 sore dimajukan jadi jam 1). 

Ruangan sidang berdinding kaca, jadi bisa dilihat dari luar. Posisi dosen menghadap ke luar dan mahasiswa menghadap ke dosen, membelakangi pintu dan dinding kaca. Posisi yang cukup bagus, tidak memecah konsentrasi. Pengunjung di luar bisa melihat apa yang terjadi di dalam. Ngobrol sebentar dengan calon SST yang lagi nunggu pengumuman, ternyata baru 1 kloter yang akan selesai. Berarti jadwal sidang sepertinya tidak berubah, jam 15.00.

Setelah shalat di masjid kampus dan makan siang di warung, kami kembali ke tempat sidang. Sambil review apa-apa yang sudah dipelajari, saya jalan-jalan melihat Student Center yang ternyata tidak sebesar yang saya bayangkan, hanya lebih besar sedikit dibanding gedung G, hanya saja dengan parkiran lebih luas. Berusaha menurunkan stress dengan mensugesti diri (membayangkan ini hanya diskusi biasa dengan atasan di kantor), hingga tiba waktunya masuk ke ruangan sidang.

Akhirnya waktunya pun tiba. Diawali dengan presentasi 5 menit (yang sudah saya latih dengan suami tadi malam) sambil memberikan resume skripsi kepada setiap dosen (yang ternyata hanya dilihat sekilas). Pertanyaan pun dimulai. Well, secara keseluruhan saya bisa menjawab hampir semua pertanyaan (yang semua berkisar SIM, audit SIBK, dan TI, tidak ada teori akun, pajak, pasar modal, akpem, akmen, keuangan publik dll … fyuh!). Ada 1 pertanyaan yang saya tidak bisa jawab sama sekali dan beberapa jawaban tidak tepat. Secara keseluruhan, oke lah. Dan ketika sidang selesai, saya pun bisa keluar dengan hati cukup tenang dan pasrah dengan berapa pun nilainya (meski masih berharap dapet A ^^).

Akhirnya saya pun dipanggil untuk yang kedua kalinya (pengumuman hasil sidang). 

“Baiklah nina…
Karena ada beberapa pertanyaan yang tidak terjawab,
Maka, mohon maaf ya,
Kami tidak bisa meluluskan anda…

dengan nilai A!
Jadi A- ya… “

“Alhamdulillah, terima kasih pak!”

Kata-kata ini masih lekat dalam ingatan saya sampai sekarang. 
Ya Allah, alhamdulillah, akhirnya saya lulus  juga. 

Ada banyak revisi sebenernya, tapi semua tentang penulisan. Banyak kalimat janda (itu sebutan pak dosen untuk poin yang berada di posisi paling bawah kertas sementara penjelasannya ada di halaman berikutnya), margin (waktu ngeprint, properties printernya ngga saya ganti ke A4, masih letter, jadi margin bawah yang harusnya 1,5’’ jadi kelebihan), dan teknis-teknis lain. Terakhir, masing-masing dosen gantian memberikan tausiyah, dan yang paling saya ingat (karena diulang berkali-kali) adalah “Jaga nama baik almamater!”.
Keluar ruangan membawa 4 bundel skripsi, hati saya lega setengah mati. Dengan wajah cerah dan senyuman, saya pun lapor ke suami yang masih setia menunggu,”A min (A-) bi”

Tadinya udah ngerencanain makan dimana untuk merayakan kelulusan saya, tapi entah kenapa hati yang plong dan pikiran lega udah ga kepengen apa-apa lagi. Cuma pengen cepet-cepet nyampe rumah dan rebahan. Seperti batu segede gunung yang biasa saya pikul di punggung tiba-tiba hilang. Hari berikutnya, sebagian besar waktu saya habiskan dengan rebahan di tempat tidur (mencoba tidur meski ga bisa –biasalah ributnya anak-anak). 

Well, that’s it. Cerita sidang saya. Istimewa, mungkin karena pertama, mungkin karena di STAN (soalnya denger testimoni beberapa lulusan D4 STAN dan sudah S2 bilang, kuliah paling berat di STAN!). Sidang memang tak se’seram’ kelihatannya, ‘serem’ itu nungguinnya, begitu masuk ruangan udah pasrah dan enjoy aja…

Semoga bermanfaat ^_^

November 2011

No comments:

Post a Comment

Jazakumullah khairan katsira...
Makasih banyak ya, sudah meninggalkan jejak di blog ini.
Have a nice day ^^