Sidang ternyata tak se’seram’ kelihatannya…
Begini ceritanya…
Seperti
yang sudah saya janjikan sebelumnya, sekarang saya akan menceritakan
pengalaman sidang pertama saya (semoga masih ada sidang kedua, ketiga…
untuk ‘S’ – ‘S’ selanjutnya ^_^)
Well,
hari-hari menjelang sidang, mungkin hari paling ‘horrible’. Stress dan
kawan-kawannya bener-bener ngumpul jadi satu. Nervous, panik, takut,
gugup, semua nyampur. Meski segala upaya sudah dilakukan, belum bisa
mengurangi tingkat stress menjelang sidang. Beberapa upaya itu antara
lain:
1. 1. (Tentu saja) Belajar!
Sejak
pengumuman jadwal sidang launching, saya juga mulai menjadwal pola
belajar saya. Berhubung saya dapet pekan kedua (yang berarti 2 pekan
lebih dari pengumpulan skripsi) berarti masih cukup waktu untuk membaca
kembali pelajaran-pelajaran semester kemarin. Saya sudah setting untuk
mempelajari pelajaran yang saya kurang saya kuasai di satu pekan sebelum
sidang, yang cukup saya kuasai beberapa hari menjelang sidang, dan
review skripsi sehari menjelang sidang. Saya sedang puncak-puncaknya
stress di H-2, dan ketika H-1 pengumuman jadwal sidang saya diundur,
stress langsung melorot ke titik paling bawah (buku, modul, print-an
yang udah dikumpulin, beberapa hari tak tersentuh gara-gara pengunduran
itu ^^) Bagusnya, ketika mood sudah balik lagi, belajarnya jauh lebih
tenang
2. 2. Nyari-nyari informasi
Alhamdulillah
saya seangkatan dengan orang-orang yang sangat care dengan temannya.
Prinsip kami, masuk bareng-bareng, lulus bareng-bareng. Angkatan saya
bikin group di fb untuk memudahkan komunikasi , semua pengumuman,
informasi, segala hal yang terjadi diinformasikan disana. Kami juga
bikin docs untuk data-data tertentu, seperti profil dosen penguji
(testimoni maksudnya ^^ biar siap menghadapi karakter dosen),
permasalahan skripsi, sampe kumpulan pertanyaan dosen penguji lengkap
dengan jawabannya (jadi setiap orang yang sudah menjalani sidang wajib
ngisi docs pertanyaan apa saja yang ditanyakan dosen). Ini sangat
membantu sekali untuk yang akan menjalani sidang lho, minimal ketika
bisa mengira-ngira pertanyaan apa yang akan ditanyakan (karena kadang
dosen ‘kurang’ kreatif sehingga pertanyaan yang diajukan sama) tingkat
stress sedikit berkurang. Tapi group ini juga kadang bikin tambah
stress, karena tiap hari temen-temen pasti lapor “alhamdulillah gan, ane
udah lulus!”, “ xxx, SST, PTB sertified by Mr. PTB”, “aku lulus maak!”,
“alhamdulillah ya, sekarang sudah jadi SeSuaTu”, “hari ini sapu bersih.
A, B, C, lulus dengan sukses”, dan kalimat senada lainnya. Bikin
geregetan dan ngiri juga, mereka udah pada lega dan saya masih berkutat
dengan stress…
3. 3. Jaga kesehatan
Beberapa
hari menjelang sidang saya rutin minum habbassauda, redoxon,
cerebrovit, bahkan air zamzam oleh-oleh naik haji ibu mertua pun saya
habiskan.
4. 4. Berdoa
Klo
yang ini, jauh-jauh hari sudah jadi kebiasaan. Bahkan Ramadhan tahun
ini, mungkin porsi terbesar doa-doa saya adalah tentang skripsi dan
sidang. Seperti biasa klo ujian atau stress, mesti ibadahnya mengalami
peningkatan (kebiasaan manusia ya, kalo butuh sama Allah baru rajin
ibadah :P )
Hari-H pun tiba. Alhamdulillah ada
suami tersayang yang bersedia meluangkan waktunya untuk nemenin sidang
(tadinya saya malu, “ga usah lah bi, umi sendiri juga gapapa”. Tapi
sebagian besar temen-temen saya yang udah punya suami ternyata ditemenin
suaminya juga, jadi saya pun mengijinkan ^_^)
Jadwal
sidang saya jam 15.00 sebenernya, kloter terakhir di hari itu (nungguin
1 dosen yang juga menguji 3 kloter sebelumnya). Setelah sarapan, minum
habbassauda, cerebrovit, dan air zamzam, membawa semua yang diperlukan
di tas, saya dan suami pun berangkat. Sekitar jam 11 saya sudah sampai
di Student Center, jaga-jaga siapa tau ada perubahan jadwal (seperti
temen saya beberapa hari sebelumnya, jadwal jam 3 sore dimajukan jadi
jam 1).
Ruangan sidang berdinding kaca, jadi
bisa dilihat dari luar. Posisi dosen menghadap ke luar dan mahasiswa
menghadap ke dosen, membelakangi pintu dan dinding kaca. Posisi yang
cukup bagus, tidak memecah konsentrasi. Pengunjung di luar bisa melihat
apa yang terjadi di dalam. Ngobrol sebentar dengan calon SST yang lagi
nunggu pengumuman, ternyata baru 1 kloter yang akan selesai. Berarti
jadwal sidang sepertinya tidak berubah, jam 15.00.
Setelah
shalat di masjid kampus dan makan siang di warung, kami kembali ke
tempat sidang. Sambil review apa-apa yang sudah dipelajari, saya
jalan-jalan melihat Student Center yang ternyata tidak sebesar yang saya
bayangkan, hanya lebih besar sedikit dibanding gedung G, hanya saja
dengan parkiran lebih luas. Berusaha menurunkan stress dengan mensugesti
diri (membayangkan ini hanya diskusi biasa dengan atasan di kantor),
hingga tiba waktunya masuk ke ruangan sidang.
Akhirnya
waktunya pun tiba. Diawali dengan presentasi 5 menit (yang sudah saya
latih dengan suami tadi malam) sambil memberikan resume skripsi kepada
setiap dosen (yang ternyata hanya dilihat sekilas). Pertanyaan pun
dimulai. Well, secara keseluruhan saya bisa menjawab hampir semua
pertanyaan (yang semua berkisar SIM, audit SIBK, dan TI, tidak ada teori
akun, pajak, pasar modal, akpem, akmen, keuangan publik dll … fyuh!).
Ada 1 pertanyaan yang saya tidak bisa jawab sama sekali dan beberapa
jawaban tidak tepat. Secara keseluruhan, oke lah. Dan ketika sidang
selesai, saya pun bisa keluar dengan hati cukup tenang dan pasrah dengan
berapa pun nilainya (meski masih berharap dapet A ^^).
Akhirnya saya pun dipanggil untuk yang kedua kalinya (pengumuman hasil sidang).
“Baiklah nina…
Karena ada beberapa pertanyaan yang tidak terjawab,
Maka, mohon maaf ya,
Kami tidak bisa meluluskan anda…
dengan nilai A!
Jadi A- ya… “
“Alhamdulillah, terima kasih pak!”
Kata-kata ini masih lekat dalam ingatan saya sampai sekarang.
Ya Allah, alhamdulillah, akhirnya saya lulus juga.
Ada
banyak revisi sebenernya, tapi semua tentang penulisan. Banyak kalimat
janda (itu sebutan pak dosen untuk poin yang berada di posisi paling
bawah kertas sementara penjelasannya ada di halaman berikutnya), margin
(waktu ngeprint, properties printernya ngga saya ganti ke A4, masih
letter, jadi margin bawah yang harusnya 1,5’’ jadi kelebihan), dan
teknis-teknis lain. Terakhir, masing-masing dosen gantian memberikan
tausiyah, dan yang paling saya ingat (karena diulang berkali-kali)
adalah “Jaga nama baik almamater!”.
Keluar
ruangan membawa 4 bundel skripsi, hati saya lega setengah mati. Dengan
wajah cerah dan senyuman, saya pun lapor ke suami yang masih setia
menunggu,”A min (A-) bi”
Tadinya udah
ngerencanain makan dimana untuk merayakan kelulusan saya, tapi entah
kenapa hati yang plong dan pikiran lega udah ga kepengen apa-apa lagi.
Cuma pengen cepet-cepet nyampe rumah dan rebahan. Seperti batu segede
gunung yang biasa saya pikul di punggung tiba-tiba hilang. Hari
berikutnya, sebagian besar waktu saya habiskan dengan rebahan di tempat
tidur (mencoba tidur meski ga bisa –biasalah ributnya anak-anak).
Well,
that’s it. Cerita sidang saya. Istimewa, mungkin karena pertama,
mungkin karena di STAN (soalnya denger testimoni beberapa lulusan D4
STAN dan sudah S2 bilang, kuliah paling berat di STAN!). Sidang memang
tak se’seram’ kelihatannya, ‘serem’ itu nungguinnya, begitu masuk
ruangan udah pasrah dan enjoy aja…
Semoga bermanfaat ^_^
November 2011
No comments:
Post a Comment
Jazakumullah khairan katsira...
Makasih banyak ya, sudah meninggalkan jejak di blog ini.
Have a nice day ^^