Thursday, September 6, 2012

Diskusi Kemarin

Tulisan ini terinspirasi dari diskusi saya kemarin.

Kami sedang membahas kata-kata Imam Syahid Hasan Al-Banna dalam Hadist Tsulasa hal 629, "Kehidupan rumah tangga adalah "hayatul 'amal". Ia diwarnai oleh beban-beban dan kewajiban. Landasan kehidupan rumah tangga bukan semata kesenangan dan romantika, melainkan tolong menolong dalam memikul beban kehidupan dan beban da'wah..."

Tentu berbeda kehidupan rumah tangga sepasang manusia yang menikah karena 'cinta' dengan mereka yang menikah karena Allah, yang dipertemukan di jalan da'wah, yang kalau boleh kita sebut mereka sepasang da'iyah. Seperti yang dikatakan Imam syahid, mereka punya beban tambahan, yakni beban da'wah. Inilah yang membedakannya dengan pasangan pada umumnya yang mungkin hanya memikirkan anak, istri, dan keluarganya saja, pasangan da'iyah juga harus memikirkan ummat.

Bersatunya dua orang mujahid seharusnya menjadikan rumah tangga itu menjadi rumah tangga yang produktif dengan kontribusi maksimal, yang insyaAllah juga menjadikan rumah tangga yang berberkah. Saling ta'awun menyebabkan orang tua yang sibuk mengurus ummat tidak mengabaikan da'wah kepada keluarga sendiri, terutama anak-anak. Berbagi tugas, saling mengerti dan memahami, saling bantu, wajib hukumnya agar da'wah keluarga dan da'wah masyarakat bisa berjalan seiring, tidak harus mengorbankan satu sama lain.

Baiklah, sebenernya bukan ini yang mau saya bahas ^_^ ...

Kemarin dalam diskusi, tiba-tiba kami menyadari sebuah fenomena yang mungkin banyak melanda keluarga da'iyah. Yang terjadi malah bertentangan dengan ungkapan Imam Syahid di atas. Entah karena terlalu memahami maksud ungkapan tersebut atau karena tidak memahaminya sama sekali.

Mereka tidak bermasalah dengan pembagian beban da'wah, namun justru berkendala dengan "kesenangan dan romantika". Saking sibuknya ngurusin ummat, ber-romantis-romantis ria dengan istri/suami malah sering terlupakan. Bagaimanapun istri/suami juga orang yang senang akan hal-hal yang romantis. Bukannya mereka tidak ridha akan sibuknya pasangannya dalam da'wah masyarakat, tapi sesekali perlu refreshing juga.

Suami/istri adalah orang yang akan menemani hidup kita sepanjang sisa umur kita. Anak mungkin hanya akan bersama kita ketika mereka kecil. Saat mulai sekolah maka dunianya sudah berpindah ke teman-temannya, begitu juga ketika menikah maka dunianya adalah suami/istri dan anak-anaknya. Tapi suami/istri akan menemani kita menghabiskan seluruh episode hidup kita.

Maka cinta itu harus dipelihara. Jangan biarkan ia berlalu seiring berlalunya waktu. Mungkin cinta bermetamorfosis menjadi 'tanggung jawab', 'kesetiaan', 'pengabdian', tapi tidak menjadikannya lelah untuk selalu dipupuk, disegarkan, diperbaharui.

Keromantisan tidak selalu berbentuk bunga, kata-kata puitis, atau candle light dinner. Dia bisa berupa ikut menemani masak di dapur, membuatkan secangkir teh, atau mendengarkan ceritanya tentang hal-hal yang tidak begitu penting. Perhatian kecil sangan berarti bagi pasangan.

Kadang dengan bertambahnya usia permikahan, psangan merasa tidak perlu lagi mengungkapkan rasa sayang seperti pasangan yang masih baru. Padahal justru itulah yang harus diusahakan, merasa selalu seperti pengantin baru.

Jangan pelit dengan kata 'sayang', jangan kikir dengan perhatian kecil, yang sungguh, jika ia senantiasa kita pelihara, maka semakin lama, semakin lanjut usia pernikahan, semakin berkobar juga cinta kita.

Kalau boleh saya meralat sedikit kata-kata di atas, "Landasan kahidupan rumah tangga bukan semata berbagi beban kehidupan dan beban da'wah, melainkan juga kesenangan dan romantika."

(Tulisan ini khusus untuk yang mungkin mulai layu cintanya, dan sungguh, sebenarnya saya juga masih terus belajar untuk menjadi romantis dan semoga mampu mampu terus memelihara cinta saya dan mengobarkannya. Wallahu a'lam)

No comments:

Post a Comment

Jazakumullah khairan katsira...
Makasih banyak ya, sudah meninggalkan jejak di blog ini.
Have a nice day ^^