Dalam setiap pembahasan mengenai ibu bekerja vs ibu di rumah selalu menyisakan kepedihan yang mendalam pada diri saya.
Dilema.
Tidak
akan bisa dibandingkan keutamaan ibu yang mendidik anak-anaknya di
rumah, bersama mereka sepanjang hari, mendengarkan celoteh mereka,
menjadi yang pertama kali mendengar tangis mereka, yang pertama kali
disebut namanya saat terluka, menyediakan pelukan saat dibutuhkan,
meracik makanan penuh nutrisi dengan bumbu cinta dan doa… setiap hari,
sepanjang waktu…
Waktu dan kebersamaan, tak akan bisa terbayar dengan apapun.
Tak
kan terbayar dengan jalan-jalan ke Dufan sehari penuh, makan di mall,
main di taman bermain, berenang di waterboom, atau menginap di tempat
wisata berhari-hari.
Tak akan pernah terbayar. Tidak akan pernah…
Maka
bila ada yang memberikan sebuah teori tentang kuantitas vs kualitas
(yang saya tau dalam ilmu parenting tidak ada istilah “lebih
mengutamakan kualitas daripada kuantitas”) maka dengan terpaksa saya
harus memilih kualitas.
Bukan
karena saya tidak percaya kebenaran teori itu. Semata-mata karena saya
jelas-jelas tidak bisa memberikan kuantitas pertemuan kepada buah hati
saya. (jangan menyarankan sesuatu yang jelas-jelas tidak dapat kami
lakukan. Itu hanya membuat hati kami sedih)
Dalam
hati setiap ibu bekerja, saya yakin, dalam hati terdalam mereka, dalam
setiap kali perpisahan di pagi hari dengan buah hati –baik mereka dalam
keadaan terbangun maupun masih tertidur lelap- pasti ada perasaan
bersalah –sangat bersalah, tapi tak punya pilihan selain menjalani apa
yang sudah jadi keputusan bersama itu. Perasaan bersalah yang tak dapat
diredam dengan berapapun uang yang dibawa pulang…
Syukur, ekonomi, da’wah, semua bisa saja kami jadikan pembenaran, tapi tetap tak bisa menggantikan semua.
Tapi hanya doa ibu yang tanpa hijab, hanya doa ibu yang makbul. Bukan doa pembantu, doa nenek, doa budhe… Hanya doa ibu.
Dan kepada siapa lagi kami harus menitipkan selain kepada Yang Maha Menjaga, Maha Melihat, lagi Maha Memberi.
Dan tentang siapa yang lebih baik?
Biarlah
di hari akhir nanti kita buktikan, siapa ibu yang mendapatkan gelar
‘ibu shalihah’-‘ibu sukses’-‘ibu yang berhasil mendidik anaknya’-dan
yang paling penting ‘ibu yang bahagia bersama anak-anaknya menikmati
ridha Allah dalam istana megah syurgaNya’
Afwan jiddan wa jazakumullahu khairan katsira.
-teriring
doa saya untuk semua ibu shalihah yang bekerja, semoga Allah ridha
kepada kita dan menjaga anak-anak kita. Biarlah Allah saja yang tau niat
dan tujuan kita.
No comments:
Post a Comment
Jazakumullah khairan katsira...
Makasih banyak ya, sudah meninggalkan jejak di blog ini.
Have a nice day ^^