Wednesday, October 7, 2015

Perjalanan Manchester - York

Tim penjemputan dari kampus sudah menyediakan bus jemputan, sebuah coach. Coach tampaknya adalah sebuah semi-bus, bus tapi ukurannya lebih kecil. Perjalanan Manchester - York ditempuh dalam waktu kurang dari 2 jam. Kami berangkat pukul 15.15 waktu setempat dan tiba di lingkungan kampus pukul 17.00.

 

Saya memilih duduk di bangku paling depan di sebelah kiri supir. Yang menarik perhatian saya, selain pemandangan di luar -tentu saja, adalah supir coach ini. Kalian bisa melihat tempat duduk supir tidak seperti tempat duduk supir di Indonesia. Ada per dibawahnya sehingga bangku bisa naik-turun menyesuaikan dengan kondisi jalan, terlihat sangat nyaman.

Selain itu, tepat di depan setir mobil, ada layar GPS untuk memandu supir selama perjalanan. Saya selalu memperhatikan jalur bus di layar tampak berwarna pink terang. Supir tinggal mengikuti kemana jalur pink di depan itu memandunya. Very interesting, right?

Sepanjang perjalanan banyak lampu merah, tapi tidak pernah macet (hahaha... maklum biasa kena macet di Jakarta :P )

Sepanjang perjalanan, saya terkagum-kagum dengan pemandangannya. Terlihat begitu rapi, bersih, seperti ga ada sampah. Ini beberapa gambar yang sempat saya ambil...



Hampir di sepanjang perjalanan, selalu ada pepohonan di kiri dan kanan jalan. Asri dan hijau. Jarang ketemu daerah perumahan juga, hanya beberapa rumah yang bentuknya hampir sama dengan bata coklat atau merah.


Saya juga menjumpai beberapa danau di sepanjang perjalanan.

  


 Kalian bisa lihat di foto di atas, dipinggir danau hanya ada beberapa rumah saja. Bukitnya juga rapi, bukan? Tidak terlalu banyak pohon, tapi sudah menjadi ladang atau area persawahan. Bukan sawah maksudnya. Saya juga kurang tau mereka menanam apa disana, seperti baru saja panen. Mungkin gandum, mungkin juga jagung. Well... ini musim gugur tentu saja. Masa tanam sudah usai...

Saya juga melihat sapi atau domba yang sedang merumput, Terlihat jelas dari kejauhan. Tidak sempat terfoto, karena saya mengambil foto dari bus yang sedang melaju kencang.

Mohon maaf jika pengambilan gambarnya tidak memuaskan. Maklum belum pernah ikut kelas fotografi hehehe...

My First International Travel (2)

Kemarin sudah cerita mengenai perjalanan saya dari Jakarta ke Dubai. Well... belum nyampe Dubai sih ya :D

Okay,.. Sesaat sebelum landing, pramugari (as I said before) membagikan lagi handuk kecil basah hangat ke semua penumpang (ini tanda juga bahwa pesawat dah mau nyampe). Setelah itu, pramugari mulai ngingetin untuk menegakkan sandaran kursi, ngumpulin sampah-sampah, dan lain-lain. Saya lalu mengganti tampilan tv di depan saya dengan tampilan informasi pesawat.

Maka mendaratlah saya di Dubai. Turun melalui pintu belakang pesawat, di bawah tangga sudah menunggu bus tanpa kursi yang akan mengantar penumpang ke terminal.

Bandara Dubai gede banget. Bus yang mengantar kami melewati bagian pinggir bandara. Saya berharap dapat melihat gedung-gedung yang tinggi dan mewah kebanggaan Dubai seperti gambar di bawah ini, tapi apa daya ga bisa liat apa-apa :D


Ada sekitar 10-15 menit bus berjalan mengantar kami ke terminal. Turun dari bus, masuk ke terminal, ada layar besar yang berisi info penerbangan, di gate mana kami harus menunggu untuk penerbangan selanjutnya (ke Manchester). Kami pun mencari gate B21. 

Ada 50-an gate hanya untuk kode B (B1 hingga B50). Ada A, C, D juga, saya ga perhatiin sampe huruf apa. Ya... semoga bisa menggambarkan betapa besarnya bandara Dubai ini... :D

Ga terlalu susah nyari gate-nya. Sign board dengan tanda panah ada dimana-mana.

Ohya, ga usah bingung ya kalo nemu toilet atau keran air yang ga ada tuas atau tombol atau puterannya. Banyak keran yang nyala sendiri ketika kita meletakkan tangan di bawahnya atau toilet yang menyiram sendiri. Mereka menggunakan sensor :D

Begitu menemukan ruang tunggu, kami pun duduk. Saya berusaha menghubungi suami dan keluarga di Jakarta untuk mengabarkan kalo saya sudah sampai di Dubai. Meski udah ngisi pulsa 200rb lebih, tapi cuma bisa dipake nelpon beberapa menit, trus pulsa abis :D 
Teman-teman cowok saya mencoba melakukan setting ini-itu untuk panggilan internasional, tapi saya ga cukup sabar untuk itu. Biarin deh abis pulsa, yang penting orang rumah dah tenang saya dah nyampe... hehehe...

Next, speaker mulai mengumumkan section-section mana aja yang dipanggil untuk naik pesawat terlebih dahulu. Dan section saya dipanggil terakhir (entah karena kami ga denger waktu dipanggil, atau memang belum... ga tau hehehe). Jangan khawatir bakalan ditinggal karena ga dipanggil, karena panggilan terakhir adalah untuk 'sapu bersih'. Ya buat yang tadi ga denger atau telat dateng hahaha...

Naik pesawat, nyari tempat duduk, seperti penerbangan sebelumnya di tempat duduk sudah disediakan bantal kecil, selimut dan headset. Tak lama pesawat pun take-off.

Cerita perjalanan hampir sama seperti yang sebelumnya. Setelah take-off pramugari membagikan handuk kecil basah dingin (kali ini dingin karena suhu diluar ketika itu panas). Makan dua kali (kali ini saya nyobain menu mediteranian, salah satunya salad yang berisi buah zaitun yang bentuknya seperti anggur tapi rasanya asem pahit kecut ga jelas hehehe, keju warna oren yang ga berani saya coba, termasuk mayones yang dari baunya juga saya ga berani nyoba hahaha). Ada juga crackers dengan sambel (yang ketika saya coba asem bukan main) dan cokelat (yang ga saya makan, cuman dimasukin ke saku buat dimakan nanti). Ditawarin teh (saya minta tanpa susu, hanya gula) yang ternyata rasanya pahit banget (jauh lebih enak teh celup lah pokoknya -apalagi teh tubruk hehehe).

Mencoba tidur meski ga bisa (entah karena dingin atau posisi duduk yang kurang nyaman). Sekali lagi saya sangat merekomendasikan pake baju hangat double dan bantal duduk (yang bentuknya 'U' dipake di leher).

Alhamdulillah, meski jadwal penerbangan baru akan sampai 11.55 waktu setempat, kami sudah landing pukul 11.45. 

Bandara Manchester tak sebesar Dubai tentunya. Bahkan sangat kecil, jika dibanding Dubai atau Soetta. Meski begitu, jalan turun dari pesawat hingga masuk ke terminal cukup jauh juga.

Ohya, ada form yang diberikan pramugari menjelang turun pesawat yang harus diisi. Meski ternyata ketika hendak masuk ke bagian imigrasi form ini disediakan lagi. Form ini berisi data diri yang nanti diberikan kepada petugas imigrasi.

Antrian di bagian imigrasi puanjang buanget. Antrian khusus students. Kami disuruh nyiapin form yang tadi disuruh isi, passport, dan CAS (tertulis juga di banner yang ada di tempat itu). Ketika tiba waktunya menuju loket, si petugas hanya meminta saya menempelkan ibu jari dan jari telunjuk di alat perekam untuk mengambil sidik jari saya, and done. Beberapa orang sempet diajak ngobrol dulu (baca: diinterogasi alias ditanya-tanya) sama petugas, seperti mau kemana, ngapain, ambil program apa, berapa lama, de el el.

Selanjutnya tentunya ngambil koper bagasi. Ga terlalu lama, koper ungu saya pun lewat. Kami bertiga pun beranjak keluar.

Seperti yang sudah diperkirakan, di luar sudah ada tim penjemputan dari University of York, para panitia dengan baju kaos berwarna kuning terang. Karena kami sudah booking penjemputan via web kampus, kami tinggal setor nama dan mereka tinggal cocokkan dengan list nama yang mereka pegang. Kami pun dipandu oleh salah seorang panitia ke sebuah tempat di salah satu sudut bandara tempat panitia lain sudah menunggu. Disediakan minuman dan permen/cokelat, juga kertas stiker berwarna yang ditempel di koper untuk memudahkan pengambilan koper nantinya.

Sekitar pukul 3 sore waktu setempat saya naik bus yang sudah disediakan panitia. Sempat foto di depan bandara selagi menunggu.

Well, cukup untuk perjalanan hingga Manchester ya. Perjalanan Manchester - York akan kembali setelah yang satu ini ^_^






Wednesday, September 30, 2015

My First International Travel (1)

Alhamdulillah akhirnya bisa mulai nulis lagi...

Sangat banyak yang sudah terjadi sepekan terakhir. Hari-hari paling mengaduk emosi. Nanti mungkin akan saya ceritakan masa-masa galau itu :D
Tapi sekarang (sebelum lupa detail-detailnya), baiknya saya share dulu cerita perjalanan internasional pertama saya.

Jumat siang, 25 September 2015

Saya masih sibuk dengan bongkar-susun-bongkar-susun koper. Ada aja yang rasanya belum dimasukkan, ada juga yang -ketika dilihat-lihat lagi- harusnya ga perlu-perlu amat untuk dibawa nyebrang lautan. (tentunya karena kapasitas koper yang terbatas. Maskapai hanya mengizinkan berat maksimal untuk bagasi hanya 30 kg). Selain itu, juga baru sadar kalo belum print tiket. Akhirnya siang-siang itu terpaksa keluar lagi untuk print tiket dan beli gembok.

Sore, di rumah udah ngumpul adik-adik saya, ibu mertua, adik ipar, dan ponakan-ponakan. Jam 7 malam itu saya pun pamit ke semuanya. Pamitan, selalu jadi momen yang paling mengharukan. Terutama ke my little Shofi yang... (ah, kalo inget itu saya jadi pengen nangis lagi...)
So, jam 7 lewat taksi datang. Saya say goodbye ke semuanya dan malam itu diantar suami dan ibu mertua, saya berangkat ke bandara.

Jumat malam

Belum jam 9 dan kami sudah sampai Terminal 2D Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng, tempat keberangkatan saya. Saya dan teman-teman naik Emirates, maskapai milik Uni Emirat Arab, yang transit di Dubai (berharap bisa melihat sekilas kota Dubai yang fantastik, meski harus kecewa ga bisa lihat apa-apa dari bandaranya hehehe).

Saya langsung kontak 2 orang rekan yang barengan berangkat ke York, Iskandar (alias Babeh) dan Nugie. Mereka tiba tak lama kemudian. Kami lalu memutuskan untuk check-in dulu (ngasih koper utk bagasi) dan dapat boarding-pass, baru kemudian keluar lagi untuk pamitan.

Sekitar pukul 10-an, akhirnya saya pamit ke suami dan ibu mertua. Masuk lagi ke Gate 1, dan memulai perjalanan bersama rekan seperjuangan. 
(Mulai dari sini, akan sangat baik kalo passport dan boarding pass dipegang saja hingga ke ruang tunggu. Ga perlu dimasukkan ke tas.)

Oke, pertama, ngasih koper buat bagasi dan dapet boarding pass.
Selanjutnya, loket imigrasi. Seharusnya sebentar saja jika saya ga masukin passport dan boarding-pass ke tas -_-"
Kemudian passport akan dicap sama petugas imigrasi.
Next, jalan lumayan jauh ke Gate B-4 (kalo ga salah). Sebelum masuk Gate, petugas akan meminta lagi passport dan boarding pass. Disini juga saya merasa bodoh karena bawa aqua 2 botol yang akhirnya harus disita petugas karena memang tidak diperbolehkan dibawa ke dalam pesawat.

Jadwal keberangkatan pesawat adalah pukul 00.40 WIB. Sekitar pukul 12 tengah malam, para penumpang sudah diminta untuk masuk ke dalam pesawat. Nah, disini tak perlu siapin passport lagi, cukup boarding-pass-nya aja. Ketika masuk ke pintu pesawat, pramugari akan menanyakan kursi (kita harus menunjukkan boarding-pass) agar dia bisa mengarahkan kita harus lewat ke sebelah mana.

Pesawat Emirates yang saya naiki lumayan besar. Satu deret ada 7 kursi (ABC-DEFG-HJK). Masing-masing 3 kursi dekat jendela dan 4 kursi tengah. Saya dapet kursi F. Agak kecewa sebenernya karena pengennya di deket jendela, tapi untungnya bangku sebelah saya (G) kosong, jadi saya 'menguasai' 2 kursi.

Ukuran kursi relatif hampir sama dengan maskapai nasional. Di masing-masing kursi sudah tersedia headset, selimut dan bantal kecil. Di depan masing-masing kursi (ditempel di punggung kursi depan) ada tv dengan ribuan channel plus game.

Biasanya sih favorit penumpang (saya maksudnya :D ) adalah channel film. Tinggal pilih banyak film terbaru, film seri, film anak-anak, film lama juga ada, dari hollywood, bollywood, film-film timur tengah atau eropa juga ada.

Selain itu, ada info tentang perjalanan juga. Di channel informasi tersedia semua info yang kira-kira dibutuhkan penumpang, seperti ketinggian pesawat, jarak tempuh, waktu tempuh, hingga temperatur. Kita juga bisa memilih view/penampakan sisi mana yang ingin kita lihat selama perjalanan. Di bagian-bagian tertentu di luar pesawat dipasang kamera sehingga penumpang bisa melihat langsung kondisinya. Ada yg dipasang tepat dihidung depan pesawat, di roda depan (untuk melihat pemandangan di bawah pesawat), dan di ekor pesawat. Kita bisa memilih view mana yang kita suka. (Ketika take-off dan landing saya lebih suka lihat channel ini. Setelah itu baru nonton film).
Jika ada pengumuman oleh pilot atau pramugari, layar akan langsung freeze. 

Terakhir kali naik pesawat nasional, sebelum pesawat take-off, pramugari akan memeragakan hal-hal terkait keselamatan dalam pesawat. Kali ini, pramugari tinggal berdiri dengan manis di tempatnya masing-masing, dan hal-hal yang perlu diketahui penumpang cukup ditampilkan di layar depan kursi masing-masing. Lebih visual dan informatif (kalo kata saya hehehe).

Ketika pesawat sudah take-off dan pesawat sudah stabil lagi, biasanya pramugari akan membagikan handuk kecil basah. Mereka akan memberikannya 2 kali, setelah take-off dan sebelum landing. Untuk perjalanan Jakarta-Dubai handuk basahnya hangat. Saya menggunakan untuk membasuh wajah, leher, dan tangan. Tak lama pramugari akan mengambil lagi handuk tersebut, jadi jika sudah menggunakan pegang saja atau taruh di tempat yang mudah diambil (jangan dibuang atau disimpan ya :D )

Untuk penerbangan selama 7 jam, saya mendapatkan 2 kali makan. Biasanya akan lengkap, mulai dari appetizers, main course, dan desert, termasuk minuman. Selain itu mereka juga akan menawarkan minuman tambahan berupa teh, kopi, jus, atau air mineral. Ohya, sebelum membagikan makanan, mereka juga membagikan daftar menu yang akan dihidangkan. Hanya bersifat pemberitahuan (jangan bayangkan bisa milih kek di resto ya hehehe...)

Suhu udara selama dipesawat sangat dingin. Meski udah pake pakaian tebal dan jaket, tetep aja kedinginan. Selimut ga terlalu banyak membantu. Makanya saya ga bisa tidur selama perjalanan, meski sudah mencoba beberapa kali. Jadi, mending siapin jaket tebal, kaos kaki tebal, sarung tangan juga boleh. Ohya, bantal kepala juga sangat dianjurkan karena perjalanannya total 18 jam, jadi bawa bantal kepala worthed banget lah (saya ga bawa karena mikirnya ribet dan cuma dipake sebentar. The fact is 18 jam itu ga sebentar sodara-sodara :D )

Keknya tulisannya akan jadi terlalu panjang kalo saya ceritain semua.
Well, segitu dulu ya. Nantikan perjalanan jilid 2 nya ketika saya transit di Dubai dan landed di Manchester :)

Wednesday, September 9, 2015

Monday, September 7, 2015

The Most Wanted Email

Ini dia, email yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga. Setelah menerima email dari Manila (yes, Manila yang di Philipina itu) yang mengatakan bahwa "a decision has been made on your application..." 4 hari yang lalu, akhirnya tiba juga email dari visa application center yang mengatakan berkas sudah bisa diambil...

Yipppiee...

Senang banget. Alhamdulillahirabbil'alamiin...

Akhirnya udah bisa ngurus surat bebas tugas, soalnya itungannya sih pekan ini adalah pekan terakhir ngantor sebelum berangkat. Kuliah mulai 28 September dan bebas tugas terhitung 2 pekan dari mulai kuliah, which means tanggal 14 September. Yang artinya lagi, Jumat ini, 11 September, adalah waktunya pamit ke temen-temen kantor.

 Hari-hari menjelang keberangkatan ini menjadi hari-hari penuh emosi. Antara sedih, excited, ragu, senang juga, entahlah...
Suatu saat saya pengen quit, disaat yang bersamaan saya pengen terbang, disaat itu juga pengen diam saja merenung...

Sedih karena sementara waktu akan sendirian, meninggalkan anak-anak ribuan kilometer jauhnya...
Di ruang pikiran yang lain ada harap, bahwa tak lama setelah itu saya akan berkumpul bersama mereka dalam keadaan yang lebih menyenangkan.
Saya akan kuat menjalani hari-hari hingga momen itu datang. I'll wait you there, my angels, and then there'll be no one but us... Together...

Allah... beri aku kekuatan...



Depan komputer, 7 September 2015

Thursday, September 3, 2015

Ngurus Visa UK

Pengen cerita dikit soal ngurus Visa...

Adalah pengalaman yang menyenangkan sekaligus menegangkan (that's the best part, rigth?) ngurusin visa ini. Mulai dari ngisi aplikasi online sampe mengirimkan berkas-berkas ke Visa Center plus (rencana) interview.

First of all, ngisi aplikasi visa online yang segambreng banyak bingits. Pemerintah sama bener-bener kepo tentang asal usul, mengapa, bagaimana, apa rencana detail yang akan kita lakukan di negaranya. (Sebenernya pengen tau juga gimana kalo orang luar negeri yang pengen masuk ke Indonesia, apakah seribet itu juga...).


Untuk bisa ngisi aplikasi visa kamu bisa baca-baca dulu panduannya di https://www.gov.uk/browse/visas-immigration atau kalo mau langsung pengen nyari info mengenai visa student bisa ke https://www.gov.uk/tier-4-general-visa
Kalo udah paham, silakan langsung apply online disini https://www.visa4uk.fco.gov.uk/home/welcome

Kita akan diminta untuk register dulu dan melakukan verifikasi email. Baru trus bisa ngisi data yang diminta. Saya lupa-lupa inget data yang diminta apa aja, tapi lebih kurang sih data-data mengenai personal (seperti tanggal lahir, alamat, nama suami/istri, anak, orang tua), data keberangkatan (maksud dan tujuan --> kalo kita ya kuliah, alamat disana, kontak yang bisa dihubungi disana), dan data kampus (yang berasal dari CAS - Confirmation of Acceptance for Studies dari kampus tempat kita akan belajar). Jadi, kita baru bisa apply Visa kalo sudah punya passport dan CAS.

Passport saya jadi hari Senin, 3 Agustus 2015. Hari jumat sebelumnya saya terima kabar kalo passport sudah jadi dan bisa diambil Senin. Senin pagi saya langsung meluncur ke PHRD di kampus STAN Jurangmangu. Next step, ngurus TB certificate ke RS Premier Bintaro. Just for your information, pemerintah UK mensyaratkan setiap orang dewasa yang kesana bebas tuberkolosis. TB Certificate menjadi syarat diberikannya visa. Rencana awal, saya mau ke RS esok harinya, tapi kebetulan ada temen yang sama-sama ngambil passport dan sepertinya ide the sooner the better is a great idea, saya pun ngikut ke RS right after selesai urusan passport.

Nyampe di RS Premier Bintaro sekitar jam 11 an, langsung daftar, ngisi formulir, ngasih passport asli. Ga lama dipanggil untuk rontgent, kemudian bayar. Sertifikat pun bisa diambil keesokan harinya. Alhamdulillah lancar, ga ada indikasi terinfeksi TB.

Next, minta CAS ke kampus. Kamis saya baru submit permintaan CAS. Jumat ada notifikasi di email untuk konfirmasi. Saya pun meluncur ke aplikasi kampus untuk konfirmasi bahwa data yang ada disitu adalah benar. Waktu yang dijanjikan 2 hari kerja. Oke berarti selasa udah keluar CAS-nya. Sepanjang hari Selasa itu saya bolak balik refresh email. Kenapa blom ada notif di email ya? Biasanya sih kampus selalu ngirim notifikasi ke email pribadi. Hingga Rabu siang saya nungguin ga ada email. Akhirnya iseng ngecek aplikasi kampus. Jeng... jeng... Ternyata udah ada disitu dari kemarin T_T

Begitu data CAS masuk, saya langsung input ke aplikasi visa. Karena data yang lain sudah duluan diinput kesana. Setelah berulang kali ngecek data yang ada disitu, akhirnya saya submit. Dan itu belum selesai...

Langkah selanjutnya adalah bayar-bayar. Ada 2 fee yang harus dibayar, yaitu IHS (Immigration Health Surcharge) semacam asuransi kesehatan gitu sama biaya/fee visanya sendiri. Bayarnya online ga bisa transfer. So, saya akhirnya minjem kartu kredit punya temen.

Setelah melakukan pembayaran online, saya kemudian memilih hari untuk menyerahkan berkas-berkas asli ke visa center (appoinment), pengambilan biometric, plus interview. Hari apa saja yang available akan muncul dilayar. Saya pun memilih Rabu, tanggal 19 Agustus 2015 pukul 10.00 pagi.

Well, mengenai interview, ternyata tidak semua applicants harus interview. Beberapa teman saya beruntung tidak perlu diinterview. Semenjak submit, saya selalu berdoa semoga tidak perlu interview (males aja sih ditanya-tanya in English, secara bahasa inggris saya udah blangbentong ga tau kayak apa).

Rabu pagi pukul 8 saya berangkat menuju VFS di Kuningan City. Tadi malam sudah cek semua berkas dan sudah lengkap. Sampai disana (yang ternyata sudah ramai dari pagi), saya langsung masuk sambil memegang lembaran appoinment confirmation. Saya tahu jadwal saya jam 10 tapi nekad masuk berharap sistemnya first come first serve. Seperti yang sudah diduga,"Maaf bu, jadwal ibu jam 10 ya. Nanti boleh masuk 10 menit sebelum jadwal. Jam 09.50." Baiklah, nunggu di luar saja.

Fortunately saya bertemu Sachy, rekan sesama SPIRIT Kemenkeu, yang juga appoinment di hari yang sama jam 14.00. Dia datang pagi sekali dan sama seperti saya, ditolak ketika akan masuk. Kami pun menghabiskan waktu dengan mengobrol dan mengecek berkas.

Jam 9 kurang 5 menit saya pamit ke Sachy untuk masuk ke ruangan visa center. Setelah menyerahkan lembaran appointment confirmation, saya diminta mematikan handphone dan diberikan lembar checklist berkas yang (katanya) diisi sendiri. Baru mau duduk, satpam bilang saya boleh langsung ke loket nomor 5 untuk nanti langsung dipandu pengisiannya oleh petugas. Saya pun langsung dilayani oleh mas-mas penjaga loket. Berkas-berkas dipisahkan antara yang asli dan fotokopi. Jangan lupa juga menandatangani berkas (lembar aplikasi visa yang sudah diprint) yang harus ditandatangan (yang mana lupa saya lakukan hehehe). Setelah selesai, saya disuruh menunggu untuk pengambilan biometric.

Tak sampai 2 menit (pokoknya sebentar banget lah, rasanya barusan duduk menunggu), terdengar panggilan dari speaker yang memanggil nama saya,"Ibu Nina Sabnita, ruangan Biometric 1!" Saya pun langsung berdiri membawa ransel dan celingak celinguk mencari dimanakah ruangan Biometric 1 berada, karena sepanjang mata memandang hanya ada deretan loket dengan nomor 1 hingga 24 (kalo ngga salah). Mata saya tidak melihat ruangan Biometric itu.
"Mba, itu ruangannya disitu mba!" kata seorang mas-mas yang sedang duduk menunggu giliran periksa berkas sambil menunjuk dinding putih disamping saya.
Sedetik kemudian saya melihat pintu putih di dinding yang putih dengan signboard kecil juga berwarna putih dengan tulisan "Biometric 1".
Damn. Merasa bodoh banget kala itu.

Saya lalu masuk ke ruangan kecil ukuran kira-kira 1,5 x 2 meter. Ada seorang petugas yang ramah sudah menunggu saya.
"Selamat pagi ibu,"sapanya.
Ternyata yang dilakukan didalam ruangan kecil itu adalah pengambilan foto, sidik jari, dan tanda tangan digital. Bentar banget. Begitu selesai, saya pun menanyakan kepada mas-mas yang ramah itu,"Habis ini saya tunggu diluar lagi ya mas?".
"Oh tidak ibu. Ibu sudah boleh langsung pulang."
Yes, yes, yes! Alhamdulillah... Senangnyaaaa....
"Makasih mas... Makasih."kata saya dengan wajah sangat sumringah dan senyum sangat lebar... hehehe...

Diluar saya langsung nyamperin Sachy yang masih menunggu dan kemudian dengan bangga bilang kalo tadi saya ga diinterview hahaha...

Sekarang sudah 2 pekan sejak ngasih berkas, harus hari ini sudah selesai. Semoga akan ada berita baik hari ini via email atau sms. 

Well, that's it. Pengalaman ngurus visa. Semoga bermanfaat...

Tuesday, June 30, 2015

Kangen Kopi


Saya suka kopi -kalo ga salah- sejak 2008, waktu masih di call center. Ketika kuliah lagi, kopi jadi temen ngerjain tugas sampai larut malam. 

Kopi yang biasa saya minum itu kopi yang ga sehat... hehehe... Kopi instan dengan gula dan creamernya. Kalo lagi pas ngantuk, kadang bisa membuat melek lagi. Tapi kadang juga ga ngaruh, apalagi kalo pas saya lagi rajin-rajinnya minum tiap hari.

Dulu sempat insyaf, target minum kopi hanya 3 kali seminggu. Tapi trus kebablasan lagi minum tiap hari di kantor, hari kerja maksudnya. Kalo ngga pagi sekitaran jam 9-10 -konon jam terefektif minum kopi adalah pada jam tersebut-, kalo ngga ya jam 2-3-an pas lagi ngantuk-ngantuknya. Kadang suka tergoda untuk seduh kopi lagi pas sorenya meski pagi udah minum kopi, tapi selalu berhasil diganti dengan ngemil (hadeeuuh... ga sehat semua kebiasaannya ya?). Kalo sabtu-minggu biasanya saya ga minum, karena memang sengaja ga nyetok di rumah.

Ramadhan ini bener-bener stop minum. Sehari-hari hanya minum air putih, sesekali sirup atau es buah. No tea, no coffee... Alhamdulillah sudah hampir separuh Ramadhan ini saya berhasil. 

Tapi entah kenapa saya berniat melanjutkan kebiasaan ga sehat itu lagi nanti setelah lebaran. Memikirkan -mungkin- akan berpisah dengan kopi mulai September nanti membuat saya ingin memuaskan hasrat minum kopi. Di UK nanti mungkin akan susah nemuin kopi. Kalo pun bawa, paling cuma bisa berapa, harus hemat-hemat. Kalo beli kopi sana, belum tentu cocok seleranya, dan saya yakin pasti mahal beud... 

Yang pasti sekarang saya lagi kangen banget ma niy minuman...
Meski tetap bertekad akan puasa kopi sampe lebaran... hehehe...

Wednesday, May 20, 2015

Shofiya Shop

Ramadhan menjelang...

Dalam hitungan hari kita akan bertemu kembali dengan bulan yang penuh berkah. Bulan yang senantiasa ditunggu-tunggu hamba shalih yang berharap mendulang pahala di bulan yang luar biasa ini.

Tak hendak membahas keistimewaan Ramadhan kali ini. Hanya saja, tahun ini kami (saya dan suami) berikhtiar untuk meraih berkah Ramadhan (salah satunya) dalam bentuk menjemput rejeki melalui pintu dagang. Kebetulan beberapa hari yang lalu teman si abi menawarkan produknya berupa mukena katun jepang yang diproduksinya sendiri (maksudnya oleh istrinya). Suami kemudian menawari saya, dan bismillah, kami mencoba peruntungan.

Saya pun membuat blog jualan supaya customer bisa pilah-pilih warna dan motif.
Untuk nama, saya pilih nama krucil terakhir, Shofiyah. Kayaknya enak dengernya kalo disandingkan dengan kata "shop" hehehe. Jadilah kami setuju dengan nama "Shofiya Shop" untuk toko online ini.

Shofiya Shop menjual mukena katun jepang homemade berkualitas.
Bahan katun jepang memang bagus, adem dan nyaman, tidak panas cocok dengan cuaca Indonesia.
Warna dan motif juga beragam dan semuanya cantik-cantik ^_^
Tak hanya menjual mukena dewasa, kami juga menjual mukena untuk anak-anak ukuran S hingga L (usia 4 hingga 11 tahun)

Monggo...
Untuk info detail, silakan berkunjung ke blog kami di www.shofiyashop.blogspot.com

Berikut beberapa warna dan motif yang tersedia



Monday, April 13, 2015

Mainan Baru

Sebenernya udah lama tau alamat situs ini, tapi baru kesempetan berselancar ke pinterest.com 2 pekan terakhir.

Ya, pinterest. Kayak kliping digital. 
Kita bisa bikin kliping kita sendiri dengan menge-pin artikel yang kita suka.
Kita juga bisa bikin beragam jenis kliping, seperti saya yang bikin kliping "Crafting", "Felt", "Embroidery", dan "For Parent". Masih bisa bikin halaman kliping dengan tema berbeda lainnya.

Saya seperti anak kecil yang dibelikan mainan baru. Sampe sekarang masih terpesona dengan postingan-postingan orang lain yang keren abis. Halaman favorit saya : "DIY & Crafts".
*DIY = Do It Yourself
Mata saya berbinar-binar terutama ketika melihat para crafter memamerkan karya-karya mereka di sana. Banyak banget tutorial (cara membuat) karya-karya dari apa saja. Yang paling saya sukai adalah semua yang berhubungan dengan craft dari kain, terutama felt/flanel, pita, dan kain perca. Entah nanti bentuknya bros atau tas. Hampir setiap hari saya menyempatkan berkunjung ke situs ini...

Pengennya sih praktekin yang udah di kliping itu ya...
Apa daya tak ada waktu.
Saya sih pengen beli dulu bahan-bahannya. Di rumah masih ada satu peti kain-kain flanel aneka warna yang siap diolah. Ntar pengen beli pita sama peniti buat bros ah... Lumayan klo dijual buat nambah-nambah tabungan hehehe...

Berikut lebih kurang penampakan wall saya di pinterest ^_^



Well, sementara memang yang ada di kliping saya karya-karyanya orang lain. Tapi suatu saat saya berharap bisa posting karya-karya saya pribadi disini ^_^V

Monday, March 30, 2015

Ekstrovert vs Introvert

Saya pikir, saya adalah seorang ekstrovert.

Saya bukan orang yang tertutup. Saya cukup senang berada di dekat orang banyak, meski saya tidak begitu supel. Saya bukan orang yang duduk di pojokan dan pendiam. 
Saya juga ga merasa punya rahasia yang saya simpan sendiri (saya selalu punya teman untuk berbagi).
Saya terbuka, senang berdiskusi (dan juga berdebat), senang berbagi info, membicarakan sesuatu dengan orang lain, kumpul-kumpul dengan teman, dan senang ngobrol.
Saya pikir saya ekstrovert.

Sampai pekan kemarin saya ikut sebuah presentasi tentang kepribadian, dan saya baru menyadari.

Saya mandiri. Teman-teman kuliah saya dulu pernah menjuluki saya "Independent Woman." Entah insiden apa yang membuat saya dapat julukan itu, saya lupa. Dan salah satu ciri orang introvert -menurut pembicaranya ketika itu- adalah independent. Karena orang introvert tak butuh orang lain untuk dimintai tolong, dia mampu dan dapat mengerjakan sesuatu sendiri, tanpa pertolongan orang lain. 
Kemudian saya teringat kalau saya memang senang kemana-mana sendiri. Pergi ke pasar, ke mall, membeli buku, atau kegiatan-kegiatan yang seharusnya dilakukan orang ekstrovert bersama orang lain atau beramai-ramai. Saya senang mendiskusikan sesuatu tapi saya lebih tidak suka membiarkan orang lain menunggu saya memilih barang-barang. Ya, saya senang kemana-mana sendiri, lebih bebas.

Saya suka bertemu dan ngobrol dengan teman-teman, tapi tidak dengan banyak orang. Satu atau dua orang mungkin sudah cukup banyak buat saya untuk saya ceritakan semua rahasia saya. Saya memang tidak punya terlalu banyak teman akrab tapi saya masih sanggup menyebutkan satu persatu teman-teman akrab saya mulai dari kelas 1 SD hingga sekarang. Satu tanda introvert lainnya...

Tidak senang basa-basi, ternyata juga tanda introvert. Ya, masuk akal. Berteman dengan banyak orang akan menyebabkan kita harus sering berbasa-basi.

Hobi saya? Membaca dan nonton film. Hal yang lebih nikmat dilakukan sendiri, meski setelahnya saya senang mendiskusikan isi buku atau film itu bersama orang lain. Jenis/genre yang saya sukai juga yang "mikir" (seperti science fiction, thriller, atau serial detektif), bukan yang lucu dan ringan... Katanya itu juga tanda introvert.

Tidak ekspresif mungkin hal yang paling mendasar. Saya bukan orang yang menyimpan kebahagiaan dalam hati saya sendiri, tapi saya juga bukan orang yang berteriak keras ketika terkejut atau terlalu senang. Jika orang ekstrovert itu panikan, maka saya tidak. Saya masih bisa berpikir ketika situasi darurat.

Well, ternyata selama ini saya salah menilai diri saya. Mungkin saya tidak sepenuhnya introvert, ada sisi ekstrovert juga dalam diri saya. Tapi sudah jelas bahwa saya dominan introvert.

Bukan masalah mana yang lebih baik dari mana. Hanya menyelami diri sendiri saja.
Bahkan setelah 33 tahun hidup dalam tubuh ini, saya masih bisa salah mengenali diri saya sendiri... hehehe...
Menarik bukan?

Sudah Anda mengenali diri Anda sendiri?


30 Maret 2015
Kontemplasi setelah tes kepribadian yang mencerahkan