Thursday, August 30, 2012

Ketika harus berpisah jalan

Beberapa bulan yang lalu, saya dan suami berkesempatan menghadiri pernikahan seorang teman SMA suami yang dulunya sama-sama 'anak rohis'. Permikahannya cukup 'megah', karena teman suami yang sudah bergelar dokter menikah dengan dokter (juga) yang anak profesor (keliatan dari undangannya). Bukan resepsinya yang akan saya bahas. Cuma komentar suami saya yang membuat saya sesaat tertegun,”Ngga ada sisa-sisa (tarbiyah)nya.”

Well, istrinya tidak berkerudung (menutup aurat), mungkin itu yang membuat suami saya berkomentar demikian, selain juga informasi bahwa sahabatnya itu sudah tidak tarbiyah lagi. Setelah peristiwa itu suami cerita bahwa dulu sahabatnya itu termasuk ikhwan tangguh yang sama-sama berjuang di da’wah sekolah, membuat tim nasyid bersama-sama, dan kenangan-kenangan lain bersama ikhwan-ikhwan lainnya.

Saya jadi teringat beberapa sahabat saya yang dulu saat di kampus bersama-sama bekerja untuk da’wah (semoga memang begitu). Kerja-kerja da’wah yang membuat kami yang berasal dari daerah yang berbeda menjadi dekat, bahkan saaangat dekat. Hampir setiap minggu menginap di kamar salah satu dari kami, untuk bertaaruf dan mengeratkan ta’liful qulb (selain membahas masalah tarbiyah di kampus tentunya). Pernah saya ceritakan di sini. Tidur seperti sarden, shalat bersama, makan disatu piring, tertawa dan menangis juga bersama.
Sampai saat harus berpisah karena kelulusan dan penempatan di tempat yang berbeda. Sebagian masih istiqomah, namun sayang sebagian lainnya memilih ‘jalan’ lain.

Masih terpatri dalam pikiran saya, saat salah seorang ukhti tercinta saya mengucapkan kalimat itu,”Kavling surga bukan hanya milik orang tarbiyah”

Ah, saya memang harus menghargai keputusannya. Apapun itu. Meskipun tentu saya tidak menginginkannya. Saya masih rindu membicarakan strategi da’wah bersama mereka. Saya masih kangen bertukar pikiran tentang apa yang bisa kita lakukan untuk da’wah ini.

Ah, kereta da’wah akan berjalan terus menuju syurga, tak peduli orang-orang di dalamnya masuk dan keluar.
Tentu saja anti 100% benar ukhti, kavling surga (tentu saja) bukan hanya milik pejuang-pejuang tarbiyah. 

Mari kita kejar ridha Allah dengan cara masing-masing. Semoga kita bisa berkumpul kembali dalam syurgaNya kelak meski sudah berpisah jalan.

Ala kulli hal, ana uhibbuki fillah ukhtiy...

No comments:

Post a Comment

Jazakumullah khairan katsira...
Makasih banyak ya, sudah meninggalkan jejak di blog ini.
Have a nice day ^^