Tuesday, June 3, 2014

The Next Step - Wawancara

Pada hari seharusnya pengumuman keluar, dari pagi saya mantengin web. Tapi yang dicari tak jua muncul. Refresh dan refresh lagi, hingga sore hari tampilan web tak juga berubah.

Sampe tiba di rumah, saya akhirnya lupa karena sibuk dengan anak-anak. Sekitar jam 10 malam, ketika saya sudah tertidur pas bobo-in dede bayi, tiba-tiba suami membangunkan saya dan berkata,"Mi, nama umi ada!" Suaranya pelan ketika memberitahu saya, tapi begitu menggelegar di telinga saya.

Suami kemudian menunjukkan nama saya di pengumuman yang tampil di web via tablet. Alhamdulillaaaah... 
(dari kemarin sebenarnya sudah uring-uringan tapi berita ini mengejutkan sekaligus menggembirakan)

Hari-hari berikutnya dipenuhi dengan hunting pertanyaan wawancara. Kami, saya dan suami, sibuk menghubungi semua pihak yang kira-kira bisa membantu. Teman-teman yang sudah dan sedang kuliah di luar negeri, searching internet, minta bahan-bahan ke kenalan yang sudah pengalaman, dan seterusnya. Email pun berdatangan, informasi juga semakin banyak saya kumpulkan demi mempersiapkan diri untuk tampil prima ketika wawancara.

Tiba di tempat wawancara satu jam sebelum wawancara mulai, saya menemukan ruangan masih kosong. Saya pun langsung ke toilet untuk bersiap. Kembali ke ruang tunggu, ternyata panitia sudah datang dan rekan-rekan sesama interviewee sudah memenuhi ruangan. 

Sembari menunggu giliran dipanggil, saya sempetin ngobrol dengan interviewee yang lain (sekalian observasi saingan hehehe). Interviewee pertama masuk ruangan. Setengah jam kemudian keluar dengan wajah lega. Untungnya dia mau sharing mengenai pertanyaan yang ditanyakan tadi.

Jam 11 lewat, nama saya pun dipanggil untuk masuk ke ruang wawancara, dimana tiga interviewer sudah menunggu. Pertanyaan demi pertanyaan saya coba jawab dengan baik, sebaik yang saya bisa (meski kadang saya tidak begitu yakin -melalui gesture misalnya- apakah jawaban saya memuaskan mereka). 

Hampir semua pertanyaan sudah saya prediksi sebelumnya sesuai informasi yang saya kumpulkan bersama suami. Kami memilih jawaban mana yang kira-kira paling baik untuk tiap pertanyaan. Kami bahkan simulasi wawancara 2 malam berturut-turut sebelum hari wawancara, in english dan bahasa Indonesia, karena beasiswanya full luar negeri.

Kalau boleh saya simpulkan, pertanyaan wawancara biasanya tidak akan jauh-jauh membahas mengenai:

  • motivasi, mengapa mengikuti beasiswa ini
  • alasan pemilihan program studi dan universitas/negara yang dituju, termasuk rencana tesis
  • dukungan keluarga, termasuk apakah keluarga akan dibawa atau tidak
  • apa saja kontribusi yang sudah diberikan dalam pekerjaan di unit yang sekarang, kaitannya dengan program studi yang diambil
  • apa yang akan dilakukan setelah lulus, rencana kontribusi untuk institusi, termasuk career path
  • kelebihan dan kelemahan kita
  • dan mengapa kita berhak menerima beasiswa ini

Selesai wawancara, rasanya lega tapi ngga plong. Langkah selanjutnya akan ditentukan oleh subjektivitas pewawancara. Jika mereka oke, saya mungkin bisa kuliah ke Inggris tahun depan. Tapi jika saya tidak berhasil meyakinkan mereka, artinya saya harus mencari pemberi beasiswa lain hehehe...

4 comments:

  1. Barakallah Kak Ninaaaa, semoga lolos dan lancar jaya ^^

    Tetep ngupdate perkembangannya ya Kak, aku ngikutin terus nih hihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih mba Riz... Aaaamiiiin... ^_^

      Delete
    2. Eh, ini Rizki ya?
      *maaf ki, baru sadar
      Btw, tulisanmu bagus-bagus ya (bukan basabasi)
      Keep writing ya... Good job!

      Delete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete

Jazakumullah khairan katsira...
Makasih banyak ya, sudah meninggalkan jejak di blog ini.
Have a nice day ^^