Wednesday, June 4, 2014

My Great Motivator

Masih tentang perjuangan meraih beasiswa...

Momen semenjak saya memasukkan berkas permohonan beasiswa menjadi peristiwa yang menjadi titik balik bagi kami berdua, saya dan suami. Kami sudah memimpikan dan merencanakan akan mencoba mengambil beasiswa luar negeri sejak lama.

Rencana adalah langkah awal. Menuliskannya dalam kertas menjadi penegas dan bukti bahwa kami benar-benar, sungguh-sungguh berniat untuk mewujudkannya. Dan memasukkan berkas permohonan, mengantarkannya ke bagian penerimaan berkas beasiswa, adalah action, langkah awal, langkah pertama yang saya jejakkan demi meniti tangga menuju mimpi yang setinggi bintang itu.

Lebih dari itu semua, ada satu hal lagi yang saya sadari, dan kemudian sangat saya syukuri.

Orang yang paling mendukung saya, motivator terhebat sepanjang masa, yang memaksa saya melakukan ini itu segera, bahkan menemani saya, senantiasa berada di sisi saya dalam setiap langkah, adalah suami saya. 

Pertama kali melihat pengumuman penawaran di web internal pegawai, saya langsung chat sama suami. 
"Bi, ada penawaran nih. Daftar ga?"
"Daftar aja mi!"
Berbekal izinnya, saya segera print pengumuman itu, ngumpulin satu-satu persyaratan yang diminta.
Setelah pengumuman pemanggilan peserta tes tertulis keluar, dia juga yang memaksa saya mendaftar kursus TPA -yang saya malas ikut karena berarti harus meninggalkan dede bayi (lagi) seharian penuh. Dia bahkan menemani saya ikut kursus yang kemudian ternyata sangat membantu saya menghadapi soal tes di hari-H. Dia juga yang nyariin aplikasi soal TPA full versi Bappenas yang didapatnya entah darimana.

Alhamdulillah, ternyata saya dinyatakan lulus tes tertulis. Hal yang sangat mengejutkan bagi saya. Tak menyangka, meski sangat berharap. Pada hari pengumuman, suami juga yang jam 10 malam membangunkan saya yang sudah tertidur pulas sehabis menidurkan dede bayi. "Mi, nama umi ada mi." Saya pun langsung bangun dan melihat sendiri unduhan pengumuman dari web pemberi beasiswa. 

Berikutnya, persiapan wawancara. Suami juga yang sibuk nanya sana-sini, nyari info sana-sini, menyemangati tiap hari, jadi temen diskusi jawaban apa yang paling tepat untuk setiap pertanyaan, bahkan jadi pewawancara ketika kami simulasi wawancara malam hari sebelum hari-H. Dia forward email berisi pertanyaan-pertanyaan yang biasa ditanyakan ketika wawancara, menelpon atau chat sama teman-temannya yang sedang atau sudah kuliah di luar negeri, bahkan berhasil menemukan seorang pegawai satu instansi yang sedang kuliah di universitas yang saya incar. Saya juga berhasil chat sama mas itu dan menggali info untuk persiapan wawancara.

Kayaknya suami lebih semangat dari saya. Padahal dia sendiri belum lulus S1-nya. Sudah mau skripsi, tapi karena sesuatu hal, skripsinya baru bisa mulai September mendatang, insyaAllah lulus Maret tahun depan. Karena kuliah atas biaya sendiri, jadi dia bisa langsung bisa melanjutkan kuliah S2 setelah wisuda.

Betapa saya bersyukur memiliki suami yang mendukung impian-impian saya, impian-impian kami. Banyak rekan-rekan yang lebih pintar dan punya potensi luar biasa, tak bisa lanjut pendidikan karena suami ga mendukung (meskipun saya memahami, mereka pasti punya prioritas yang mungkin berbeda dengan keluarga kami.)

Above all, rangkaian peristiwa ini -sekali lagi- adalah titik balik bagi kami berdua. Impian mengejar beasiswa dan kuliah di Eropa tampak semakin dekat dan jelas. Dengan lulusnya saya di tes tertulis kemarin, suami dan saya jadi semangat untuk meng-upgrade diri kami terutama skor TOEFL/IELTS dan TPA, agar jika saya lulus nanti, suami bisa langsung nyusul.

Kami punya rencana untuk kuliah bareng di universitas yang sama sambil membawa anak-anak. Entah lewat beasiswa ini atau yang lain. Yah, idealnya sih begitu.
Entah kemana nasib ini akan membawa kami nanti. Yang pasti kami terus berjuang dan berdoa. 
Kami tak tahu apa yang terbaik untuk kami. Jika ini baik, semoga Allah memudahkan dan melancarkan ikhtiar kami. Aaaamiiin ya Rabb...

for my great motivator, my lovely husband
Love you more than anything...

No comments:

Post a Comment

Jazakumullah khairan katsira...
Makasih banyak ya, sudah meninggalkan jejak di blog ini.
Have a nice day ^^