Wednesday, June 11, 2014

And the real struggle just begin

Kamis sore itu saya lagi agak santai di meja kantor, ketika mendengar bunyi khas notifikasi japri di hp (saya ngga menyetel bunyi untuk notifikasi grup, hanya bbm atau wa japri saja). Dari seorang teman yang mengatakan,"Barakallah ya mba Nina..."

Jantung saya berdegup kencang ketika membaca sepintas pesan itu. Feeling saya mengatakan apakah mungkin pengumuman sudah keluar? Tapi otak saya bilang, ga mungkin, pengumuman masih 4 hari lagi, tanggal 8 Juni.

Tapi di salah satu grup WA, teman-teman mengucapkan "barakallah", "selamat ya bu"...
dan di grup satunya lagi, "congrats ya mba Nina", "you're rock mba Nin", dst...

Eh, kayaknya bener nih...

Dengan terburu-buru saya langsung buka web yang bikin pengumuman... dan lamaaaa kemudian, baru saya benar-benar yakin bahwa nama saya memang ada di pengumuman kelulusan hasil tes wawancara.

Teman-teman kantor begitu senang dan ikut bahagia ketika saya memberi tahu. Saya juga langsung menelpon suami tercinta, juga orang tua di rumah. Mereka juga sangat bahagia ketika saya menyampaikan berita itu.

Hingga malam hari, euforia kelulusan saya masih terasa. Sampai menjelang tidur, seluruh tubuh saya masih gemetar. 
Ya Allah... begitu indah skenario Engkau untukku. Berilah aku petunjukmu dan jadikan aku hambaMu yang senantiasa bersyukur dan bersabar.

Keesokan harinya, otak saya baru bisa diajak mikir lagi. Surat pengumuman yang sudah saya download saya buka di layar komputer dan saya baca perlahan. Isinya lebih kurang begini: bahwa kira-kira 2 pekan dari sekarang saya akan menjalani diklat persiapan (pre departure training) hingga 5 bulan ke depan dan saya diharuskan masuk asrama yang telah disediakan dan mengikuti diklat 5 hari seminggu full.

Kemudian panik... 
(Oh, no! Saya harus ninggalin dede bayi? Tidaaaaak...)*

Kemudian terbayang pusingnya menjalani diklat yang ternyata ga main-main, repotnya ngurus pasport, visa, mencapai skor IELTS yang cukup tinggi, mendaftar ke universitas yang diincer (klo ga diterima, daftar ke universitas lain, dst)...

Kemudian terbayang nanti harus hidup sendiri di negeri orang meninggalkan anak-anak dan suami untuk impian itu, susahnya mengatasi shock culture, pusingnya kuliah nanti, tugas-tugasnya, ujiannya, gimana kalo nilainya jelek, gimana klo ga lulus.... (dan pikiran negatif lainnya berseliweran di kepala)

Dan kemudian menyadari bahwa inilah awal dari perjuangan sesungguhnya. Tes ini hanya bagian permulaan dari pengorbanan dan kerja keras panjang. Banyak hal yang nanti akan menjadi tantangan (bukan hambatan), tapi banyak juga peluang yang bisa dimanfaatkan, belum lagi pengalaman yang mungkin tak kan tergantikan dan terlupakan...

Saya sedang keluar dari zona nyaman, dan saya sedang berusaha. Saya tau sejak awal, ini konsekuensi yang harus saya hadapi. Ini harga yang harus dibayar demi sebuah cita.

Ya Allah kuatkan saya, kuatkan kami. 
Berilah kami petunjuk agar dapat menjalani semua dengan sukses dan bahagia.
Ya Rabb... ridhai aku...

1 comment:

  1. manusiawi banget si mbak nina iniiiiii... aku kira penerima beasiswa ini pada kuat2 aja2 T.T

    ReplyDelete

Jazakumullah khairan katsira...
Makasih banyak ya, sudah meninggalkan jejak di blog ini.
Have a nice day ^^