Monday, March 2, 2015

Sebagaimana mereka menyayangiku di waktu kecil

Sepulang dari kantor, senin sore menjelang malam.
Seperti biasa aku sempatkan menggendong Sofi begitu masuk rumah. Kurasakan kepalanya agak panas ketika ia menempelkan keningnya di leherku. Tapi aku ngga begitu memperhatikan.

Senin malam.
Sofi masih ceria seperti biasa. Ia tidur pukul 8 seperti biasa di kamar anak-anak.
Pukul 11 malam pintu kamarku diketuk Nur, pengasuh Sofi, sambil menggendong Sofi.
"Umi, Sofi panas. Dari tadi bangun terus."
Ternyata tidurnya tidak nyenyak.
Sampai jam 2 malam Sofi ku gendong, ia tidur dibahuku. Malam itu aku tidur di sebelahnya hingga pagi.

Selasa pagi.
Sofi masih ceria seperti biasa, cuma badannya mulai anget. Aku ijin dari kantor dan pulang, lihat perkembangan. Sampai di rumah Sofi tambah panas. Ku minumkan paracetamol sirup yang memang selalu ada stoknya di rumah. Ku tambah juga dengan madu. Hingga sore panasnya naik turun. Sofi pun mulai rewel, maunya di gendong terus. Aku pun mulai khawatir.

Selasa malam Sofi ga mau tidur di kasur. Semalaman ia hanya mau ku gendong, tidur dibahuku. Sofi ga mau kalo aku pake kain gendongan. Ia juga marah jika aku duduk. Hanya tenang jika aku menggendongnya, memeluknya sambil berdiri. Ia selalu terbangun ketika aku mencoba menidurkannya di kasur. Jika Sofi sudah benar-benar lelap, pelan-pelan aku duduk di kasur dengan bersandarkan bantal, tidur memeluknya sambil duduk. Begitu terus sampai pagi.

Rabu aku putuskan untuk ambil cuti 3 hari. Sofi sedang membutuhkanku. Kebetulan kamis libur, jadi ada bonus satu hari untuk menjaganya.

Sofi tidak mau makan apapun, kecuali kerupuk kesukaannya, itu pun hanya sesekali. Perkedel yang biasanya dia suka, tak mampu membuatnya membuka mulutnya untuk makan. Sudah dua setengah hari Sofi panas dan rewel, hanya mau digendong, tak mau berjalan dan bermain. Rewelnya bertambah maunya, digendong terus. Sesekali ia mau digendong Nur atau abinya, tapi segera mencariku lagi. Badanku pegal sekali, tapi kuikuti semua kemauannya.

Terkadang entah kenapa ia jadi rewel sekali, menangis dan merajuk tahan berlama-lama. Digendong ke sini ga mau, ke sana dia teriak. Ditawari minum susu ga mau, minum air putih apalagi. Badanku letih dan pegal. Kadang tak sabar dan pengen marah, tapi aku selalu berusaha mengingat doa untuk orang tua.
"Rabbighfirli waliwalidayya warhamhuma kama rabbayani shaghira.
Ya Rabb, ampunilah dosaku dan kedua orang tuaku dan sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangiku di waktu kecil."


Alhamdulillah kamis siang Sofi terlihat agak ceria mulai mau jalan sendiri, tak lagi digendong. Pagi tadi masih agak anget, tapi setelah dzuhur hingga ashar, badannya mulai tak lagi panas. Kamis sore sudah mau main susun-susun balok sama kakak-kakaknya. Alhamdulillah, aku tak perlu membawanya ke dokter anak. Meski masih rewel dan masih pengen terus di gendong, kamis malam Sofi udah ga panas lagi.

Jika tak sabar dengan anak-anak, aku selalu mematrikan kalimat doa untuk orang tua itu ke dalam ingatanku. Aku tau kasih sayang Allah kepada hambaNya tak terbatas. Tapi doa itu membuatku tercenung. Aku tak dapat membayangkan jika Allah akan menyayangiku SEBAGAIMANA aku menyayangi anak-anakku. Betapa aku belum menjadi ibu yang shalihah, yang sabar atas semua tangisnya, yang tetap menyayanginya meski tingkah lakunya membuat kesal...
Aku masih sering marah kepada anak-anakku. Bukan karena aku tak menyayangi mereka tapi karena aku tak mampu mengontrol amarahku.

Sakitnya Sofi kemarin mungkin yang paling meletihkan dibanding ketiga kakaknya. Jika Iffah, Alif, atau Raisha sakit, mereka masih mau tidur di kasur, masih boleh menggendong dengan kain gendongan, masih mau digendong orang lain, masih boleh sambil duduk. Tapi sakitnya Sofi kemarin
betul-betul menghabiskan energiku. Tapi -karena sudah anak ke-4- emosiku sudah bisa diajak kompromi. Jika dulu masih ngga bisa kontrol amarah, sekarang -meski sedih, khawatir, dan letih- aku masih bisa menahan emosi jika ia sangat rewel.

Allah... sayangilah aku, meski aku belum menjadi ibu yang baik untuk anak-anakku...


2 Maret 2015
Edisi mellow jadi orang tua

No comments:

Post a Comment

Jazakumullah khairan katsira...
Makasih banyak ya, sudah meninggalkan jejak di blog ini.
Have a nice day ^^